1. Firman ALLAH dalam QS Ali Imran :85
“Barang siapa mencari agama selain dari Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya, dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang merugi.
“Barang siapa mencari agama selain dari Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya, dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang merugi.
2. Sabda Nabi (Lihat Shahih Muslim)
“Demi Dzat yang jiwaku berada ditanganNYA, tidak ada seorangpun dari ummat manusia yang mendengarkerasulanku baik dia itu seorang yahudi maupun nasrani lalu mati dalam keadaan belum beriman pada ajaran yang kubawa melainkan ia pasti termasuk penduduk neraka.”
“Demi Dzat yang jiwaku berada ditanganNYA, tidak ada seorangpun dari ummat manusia yang mendengarkerasulanku baik dia itu seorang yahudi maupun nasrani lalu mati dalam keadaan belum beriman pada ajaran yang kubawa melainkan ia pasti termasuk penduduk neraka.”
3. Refer juga pada kisah ketika Rasulullah sangat marah ketika Umar Radhiallaahu’anhu memegang suhuf ayat2 dari kitab Taurat.
Nabi menegur Umar “…. Sekiranya saudaraku Musa ‘alaihi salam hidup sekarang ini maka tidak ada keluasaan baginya kecuali mengikuti syari’atku”
(HR Ahmad, Ad-Darimi dll).
Nabi menegur Umar “…. Sekiranya saudaraku Musa ‘alaihi salam hidup sekarang ini maka tidak ada keluasaan baginya kecuali mengikuti syari’atku”
(HR Ahmad, Ad-Darimi dll).
Lantas jika ada yang bertanya, bukankah banyak orang non-muslim yang telah berjasa bagi manusia spt yg dilakukan Bunda Teressa dll? Apakah mereka juga dineraka?
Jawab:
Benar, mereka telah memberi kontribusi besar dalam hubungan sesama manusia. Tetapi harus dipahami bahwa manusia memiliki 2 kewajiban, yaitu kewajiban antar seama manusia dan kewajiban terhadap ALLAH.
Ketahuilah bahwa kewajiban manusia terhadap ALLAH ini jauh lebih besar dan penting dan kewajiban inilah yang banyak diabaikan manusia.
Bagi yang berbuat syirik atau non muslim, meskipun mereka beramal maka amal mereka hangus tidak diterima ALLAH. (Dalilnya bisa lihat dalam AL-Qur’an). Dan balasan atas kebaikan mereka thdp sesama manusia disegerakan pembalasannya oleh ALLAH didunia ini.
Jawab:
Benar, mereka telah memberi kontribusi besar dalam hubungan sesama manusia. Tetapi harus dipahami bahwa manusia memiliki 2 kewajiban, yaitu kewajiban antar seama manusia dan kewajiban terhadap ALLAH.
Ketahuilah bahwa kewajiban manusia terhadap ALLAH ini jauh lebih besar dan penting dan kewajiban inilah yang banyak diabaikan manusia.
Bagi yang berbuat syirik atau non muslim, meskipun mereka beramal maka amal mereka hangus tidak diterima ALLAH. (Dalilnya bisa lihat dalam AL-Qur’an). Dan balasan atas kebaikan mereka thdp sesama manusia disegerakan pembalasannya oleh ALLAH didunia ini.
Bagaimana halnya dengan kaum yang dakwah belum pernah sampai kpd mereka?
Para Ulama menjelaskan, bahwa diakhirat kelak mereka akan dibangkitkan ALLAH kemudian diberikan beberapa ujian untuk penentuan tempat bagi mereka.
Para Ulama menjelaskan, bahwa diakhirat kelak mereka akan dibangkitkan ALLAH kemudian diberikan beberapa ujian untuk penentuan tempat bagi mereka.
Salah satu Sifat ALLAH adalah Maha Adil.
ALLAH lebih adil dari siapapun yang merasa paling adil. Sehingga tidak ada sedikut alasan bagi mereka yang ingin bersu’udzan kepada ALLAH.
ALLAH lebih adil dari siapapun yang merasa paling adil. Sehingga tidak ada sedikut alasan bagi mereka yang ingin bersu’udzan kepada ALLAH.
Wallaahu’alam.
dalam pandangan yang benar dan selamat, bahwa
seorang yang tidak pernah menyatakan diri masuk
Islam, tidak mungkin masuk surga. Meski pun dia
berbuat baik jauh melebihi perbuatan baik seorang
nabi sekalipun. Namun semua itu akan menjadi sia-
sia tanpa arti bila tidak pernah mengesakan Allah
SWT dan tidak pernah mengakui kenabian
Muhammad SAW.
Thalib, paman nabi tercinta? Bukankah dia siap
berpalang dada tatkala kafir Quraisy ingin
membunuhnya? Bukankah nabi Muhammad SAW
sejak kecil telah dipeliharanya, diasuh, disayangi
dan diajarkan berdagang? Bukankah Abu Thalib
menyayangi Muhammad SAW lebih dari anak-
anaknya sendiri?
sedemikian dekat pada diri manusia paling mulia,
ditakdirkan oleh Allah SWT untuk tidak sampai
mengucapkan dua kalimat syahadat. Hingga nafas
terakhir dihembuskan, Abu Thalib tidak sempat
merasakan manisnya iman. Hingga dalam sebuah
riwayat disebutkan bahwa dia masuk neraka,
namun dengan siksa yang paling ringan.
nabi Muhammad SAW sekalipun tidak bisa masuk
surga, apalagi orang kafir yang jelas-jelas ingkar
kepada Allah dan ingkar Nabi SAW. Di mana
lidahnya belum pernah menyatakan ikrar atas
kenabian Muhammad SAW dan membenarkan
risalah Islam yang dibawanya. Semua amalnya itu
hanya akan melahirkan kesia-siaan belaka.
menghapuskan amalnya. Dan yang demikian itu
adalah mudah bagi Allah. (QS Al-Ahzab: 19)
mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah
lalu Allah menghapuskan amal-amal mereka. (QS
Muhammad: 9)
mereka mengikuti apa yang menimbulkan
kemurkaan Allah dan karena mereka membenci
keridhaan-Nya, sebab itu Allah menghapus amal-
amal mereka.(QS Muhammad: 28)
yang bernilai Islami tapi tanpa mengakuan atas
kebenaran Islam serta tanpa mengakui dirinya
sebagai muslim, tidak akan berguna. Sama saja
seperti seorang pandir yang setiap hari masuk ke
kantor yang bukan tempat kerjanya. Setiap hari dia
datang pagi-pagi, melakukan berbagai aktifitas
seolah dia adalah pegawai di kantor itu. Padahal
dia belum pernah mengajukan lamaran dan
namanya tidak terdaftar di dalam kantor itu sebagai
pegawai. Di akhir bulan, saat orang-orang
mendapat gaji, dia protes karena tidak mendapat
gaji. Padahal dia sudah merasa tiap hari masuk
kantor dari pagi hingga petang. Tentu semua itu
salahnya sendiri. Bagaimana mungkin orang yang
tidak pernah diangkat jadi pegawai di suatu kantor
dan tidak pernah ada keterikatan apapun, tiba-tiba
minta gaji?
biar segala macam amal kebaikan telah
dilakukannya, namun tanpa ada keterikatan formal
sebagai muslim, maka semua amalnya itu tidak
akan membuatnya menjadi penghuni surga. Meski
dia menangis sejadi-jadinya. Semua itu salah dia
sendiri.
saja, maka pernyataan itu 100% benar. Hanya
orang yang salah kaprah dan rusak fikrahnya saja
yang merasa bahwa orang kafir bisa masuk surga.
Bagaimana Allah akan memasukkannya ke surga,
padahal dia tidak pernah mengakui Allah SWT
sebagai tuhan, tidak pernah mengakui Muhammad
SAW sebagai utusan tuhan, tidak pernah mengakui
Al-Qur’an sebagai wahyu tuhan dan tidak pernah
meyakini hari kiamat?
dan adalah mereka dahulu muslimin. Masuklah
kamu ke dalam surga, kamu dan isteri-isteri kamu
digembirakan.” Diedarkan kepada mereka piring-
piring dari emas, dan piala-piala dan di dalam
surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati
dan sedap mata dan kamu kekal di dalamnya.” Dan
itulah surga yang diwariskan kepada kamu
disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan.
(QS Az-Zukhruf: 69-72)
Islam. Tapi kalau tidak mau masuk Islam, silahkan
buat sendiri surga-surgaan dalam alam khayal
masing-masing. Sebab di dalam keyakinan seorang
muslim sejati, hanya dengan menjadi seorang
muslim sajalah kita bisa mendapatkan ridha dari
Tuhan. Karena satu-satunya agama yang diridhai
hanyalah agama Islam. Selain Islam, mohon maaf
deh…
adalah kampanye yang menyesat-kan. Para
penyerunya adalah orang-orang yang telah
kehilangan hidayah dari Allah SWT. Dan kampanye
seperti ini sudah dapat dipastikan akan ditolak
mentah-mentah bukan saja umat Islam, namun
oleh semua pemeluk agama, terutama oleh para
tokoh agama masing-masing.
representatif yang mewakili sebuah agama apapun
di dunia ini yang menyerukan kampanye tersebut.
Kalau pun ada, mereka itu umumnya bukan
pemeluk suatu agama yang taat, bahkan cenderung
termasuk kalangan yang terbuang dan nilai
keagamaannya dipertanyakan.Kampanye
tentang ’semua agama adalah sama’ hampir tidak
ada bedanya dengan kampanye atheisme yang anti
Tuhan. Bahkan pada hakikatnya keduanya sama-
sama merupakan kampanye anti tuhan, anti agama
dan anti tauhid. Umat manusia sebenarnya tidak
butuh dengan kampanye seperti itu, karena akan
menghilangkan identitas semua agama. Dan pada
gilirannya akan menghilangkan jati diri manusia itu
sendiri.
pada sistem bernegara, maka kampanye itu
menafikan keberadaan semua negara yang ada di
dunia, menafikan semua eksistensi pemerintahan
resmi di semua negara, bahkan menafikan
keberadaan bangsa-bangsa di dunia ini.
Menyamakan semua agama sama saja dengan
menafikan eksistensi semua agama yang ada.
Padahal masing-masing agama punya identitas,
ciri, keunikan dan kekhasan sendiri-sendiri yang
sangat tidak mungkin untuk disamakan begitu saja.
Kalau hanya ingin menyerukan agar para pemeluk
agama saling hidup rukun dan damai, tentu tidak
perlu sampai menghilangkan identitas semua
agama dengan cara menganggap semuanya sama.
Pada hakikatnya, semua ajaran agama telah
memastikan bahwa hidup rukun dengan sesama
pemeluk agama adalah prisip yang harus dianut.
Masing-masing agama punya sembahan yang
identitasnya saling berbeda satu dengan yang lain.
Punya ajaran yang juga saling berbeda, punya
syariat yang juga saling berbeda, punya tata ibadah
ritual yang berbeda, punya persepsi sendiri-sendiri
tentang konsep hidup, manusia, akhirat, surga dan
neraka. Dan semua itu sudah berjalan selama
ribuan tahun di muka bumi. Tiba-
tiba muncul pemikiran bahwa semua agama adalah
sama, dimana para penyerunya bagai orang mimpi
di siang bolong, ngelantur serta terlalu mengada-
ada. Bagaimana mungkin seruan aneh itu bisa
diterima umat manusia?
sama, mengapa para penyerunya tidak
mengatakan saja bahwa semua warna benda-
benda di dunia ini sama?
Mengapa tidak mengatakan bahwa kapitalisme,
sosialisme, atheisme, komunisme dan semua
bentuk isme di muka bumi ini juga sama?.
kosong yang rapuh konsepnya. Tidak jelas teorinya
dan tidak ada tokoh besar yang menerimanya.
Tidak ada bukti kebenaran teorinya. Sayang sekali
bila masih ada saja orang tertipu olehnya.
Maka anda tidak perlu bingung dengan mengikuti
ide serendah seperti itu.
“Demi Dzat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya! Tidaklah mendengar dariku seseorang dari umat ini baik orang Yahudi maupun orang Nashrani, kemudian ia mati dalam keadaan ia tidak beriman dengan risalah yang aku bawa, kecuali ia menjadi penghuni neraka.”
Meskipun orang-orang non-islam berbuat berbagai kebaikan di dunia, tetapi di akherat nanti semua akan sia-sia dan tidak bisa membuat mereka masuk surga jika mereka tidak memeluk agama islam.
“Laknat Allah atas kaum Yahudi dan Nashrani.” (HR. Al-Bukhari no. 435 dan Muslim no. 531)
“Janganlah engkau berdebat dengan Ahli Kitab melainkan dengan cara yang terbaik, kecuali orang-orang yang zhalim di antara mereka..”
“Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali Imrân : 85)
“Dan jika seseorang dari orang-orang musyirikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui” (at-Taubah: 6)
“(Dan katakanlah), “Aku diperintahkan untuk berbuat adil di antara kalian; Allah adalah Rabb kami dan Rabb kalian, bagi kami amalan kami dan bagi kalian amalan kalian.” (asy-Syûra : 15)
“Dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu.Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu.Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah (kita) kembali”. (asy-Syûra : 15)
“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negrimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (al-Mumtahanah:
“Maka apakah orang yang beriman sama seperti orang yang fasik (kafir)? Mereka tidak sama”. (as-Sajdah:18)
“Katakanlah, “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Ilah selain Allah. Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka, “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. (Ali ‘Imrân: 64)
“Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka.” (Ali ‘Imrân:110).
http://www.alsofwah.or.id
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala seperti (pahala) pelakunya.” (Dikeluarkan oleh Imam Muslim, III, no.1506; Abu Daud, no.5129; at-Turmudzi, no.2671 dari hadits Abu Mas’ud al-Badri radhiyallahu ‘anhu)
“Demi Allah, sungguh Allah mem-beri hidayah kepada seorang laki-laki melalui tanganmu adalah lebih baik bagimu daripada onta merah (harta paling berharga dan bernilai kala itu-red).” (Dikeluarkan oleh al-Bukhari, III:137; Muslim, IV:1872 dari hadits Sahl bin Sa’d radhiyallahu ‘anhu)
“Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengikutinya dengan tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun.” (Dikeluarkan oleh Muslim, IV: 2060; Abu Daud, 4609; at-Turmudzi, 2674 dari jalur Isma’il bin Ja’far, dari al-’Ala’ bin ‘Abdurrahman, dari ayahnya, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS.al-Mumtahanah:8)
Dr. Yusuf al-Qaradhawi mengatakan: “Di antara dalil-dalil menurut kelompok pemerhati Islam yang menunjukkan demokrasi adalah prinsip hasil import dan tidak ada hubungannya dengan Islam, adalah bahwa ia berdasarkan pada suara mayoritas, serta menganggap suara terbanyak merupakan pemegang kekuasaan dalam menjalankan pemerintahan dan mengendalikan berbagai permasalahan, dan dalam menilai serta memutuskan benar terhadap salah satu dari berbagai masalah yang berbeda-beda dengan menggunakan pemungutan suara terbanyak dalam demokrasi sebagai pemutus dan referensi. Maka, pendapat mana pun yang memenangkan suara terbanyak secara absolut, atau terbatas pada beberapa kesempatan, itulah pendapat yang diberlakukan, meskipun terkadang pendapat itu salah dan bathil.
.
Juga firman-Nya:
“Maka apakah patut Kami menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang kafir)? Mengapa kamu (berbuat demikian), bagaimanakah kamu mengambil keputusan?” (QS. Al Qalam : 35-36)
“Maka apakah orang yang beriman seperti orang yang fasik (kafir)? Mereka tidak sama.” (QS. As Sajdah : 18)
“Tentang sesuatu apapun kamu berselisih maka putusannya (terserah) kepada Allah. (Yang mempunyai sifat-sifat demikian) itulah Allah Tuhanku. Kepada-Nyalah aku bertawakal dan kepada-Nyalah aku kembali.” (QS. Asy Syura : 10)
“Kalian berselisih dalam hal apapun, ini umum pada semua perkara. Maka putusannya terserah kepada Allah maksudnya Dia yang memberi keputusan hukum dengan Kitab-Nya dan Sunnah Rasul-Nya.”
“Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya) jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An Nisa’ : 59)
Bagaimana mungkin memutuskan suatu hukum dengan pendapat mayoritas manusia? Padahal sudah banyak diketahui bahwa mayoritas manusia sepakat di atas kekufuran kepada Allah Sang Pengatur Alam Semesta, sepakat untuk berbuat fajir/dhalim, dan sepakat dalam kebejatan akhlak.