Entri Populer

Rabu, 19 Januari 2011

Seni dalam Balutan Teknologi

Sunday, 16 January 2011
TEKNOLOGI yang berkembang membuat sejumlah seniman melibatkannya dalam pelbagai karya.Multimedia Art Indonesia menyajikan sejumlah karya seni dalam balutan teknologi.


Getar alat musik tradisional angklung nyaring terdengar tiba-tiba. Angklung-angklung yang dijajarkan ini tiba-tiba berbunyi manakala ada pengunjung yang memencet deret angka yang ada di bawah angklung. Inilah deret angka-angka telepon seluler, yang ketika dipencet akan menghasilkan bunyi-bunyian dari angklung-angklung yang ada dalam pameran Multimedia Art Indonesia di Galeri Cipta II,Taman Ismail Marzuki (TIM),Jakarta. Karya instalasi dari seniman Krisna Murti ini memang mengolaborasikan teknologi dengan seni tradisi.Delapan angklung yang berjejer menjadi representasi dari seni tradisi,sementara teknologi dipakai sebagai penggerak dari bunyi angklung,melalui telepon seluler.

Karya berjudul (Miss) Call Me,Please!karya Krisna Murti ini memang menarik perhatian.Seniman ini menggunakan sensor,eletronic light,telepon seluler dan angklung untuk membuat karya seni yang interaktif. Pelibatan pengunjung dalam karya ini juga menjadi garis tegas bahwa seni multimedia memang lebih banyak berpihak pada presentasi (kehadiran) pada saat ada interaksi antara karya dan manusia (pengunjung). Multimedia Art Indonesia, yang digelar dalam rangkaian 10 Tahun Ruangrupa,memang sengaja menghadirkan beberapa karya seni multimedia yang dalam beberapa tahun belakangan mulai menunjukkan eksistensinya.

Sejumlah seniman yang tergabung dalam pameran yang digelar hingga 27 Januari 2011 ini dapat ditengarai semakin tampak giat bekerja dengan medium- medium baru,atau katakanlah memasuki gelanggang ”seni rupa media baru”di kancah yang semakin global. Pemanfaatan teknologi menjadi hal yang lumrah dipakai dalam karya seni multimedia kali ini.Barangkali memang di sinilah letak pembeda dari seni rupa lainnya. Seni yang lain barangkali tidak banyak melibatkan unsur teknologi masa kini. Seniman-seniman dari Yogyakarta, Bandung,dan beberapa seniman dari kota lain sengaja mengabungkan antara teknologi masa kini dan isu-isu sosial masyarakat yang terjadi belakangan.Mereka menangkap fenomena interaksi manusia dengan teknologi.

Interaksi antara manusia dan teknologi menjadi benang merah pameran Multimedia Art Indonesia: Influx ini. Karya-karya para seniman tampak beberapa menggunakan medium instalasi, video, sound; beberapa lainnya gabungan di antara medium-medium tersebut. “Dalam karya video visual tidak hanya berupa film bergerak,namun sejatinya masih ada objek artistik yang dilibatkan dalam video itu,”tutur Direktur Ruangrupa Ade Darmawan kepada SINDOkemarin. Karya lain yang dipamerkan dalam bagian program Decompression# 10 Ruangrupa adalah karya Agus Suwage berjudul Do It Yourself.

Agus Suwage kali ini menggunakan medium kayu,objek fotografi,plat,dinamo, dan iron frameuntuk menghasilkan objek instalasi yang menarik. Agus juga menempatkan foto-foto yang direkatkan melalui karet roda. Ketika salah satu tuas penggerak diinjak,roda dan sabuk yang sebelumnya tertempeli foto-foto itu akan bergerak. Kali ini pengunjung harus melihatnya dari frame yang diletakkan sedemikian rupa, sehingga yang akan tampak perubahan dari gambar diam (foto) menjadi bergerak seperti proses pembuatan kartun pada masa lalu. Uniknya, gambar foto yang Agus letakkan merupakan gambar orang,yang bila tuas digerakkan,lama-lama gambar tersebut akan bermetamorfosis menjadi monyet. Lain lagi karya Duto Hardono.

Seniman ini menggunakan medium dua kaset yang diulur dengan panjang sekitar 1,5 meter. Keduanya dihubungkan dengan pita kaset sehingga ketika satu bagian merekam suara, selang 1-2 menit kemudian suara tersebut akan langsung terdengar dariheadsetyang terhubung. Dalam pameran ini Ade Darmawan juga menyertakan salah satu karya yang pernah dia pamerkan pada 2003.Karya berjudul Nona Hollis merupakan karya yang memperdengarkan kaset kampanye atau ajakan bisnis multi level marketing (MLM). MLM ini,menurut Ade,pada awal 2000 merupakan strategi dagang yang paling diminati.

Bahkan medium untuk mengajak para anggota baru kerap dilakukan dengan medium kaset. Disorientasi orang-orang yang hendak kaya dengan mudah itu kemudian dia sampaikan dalam karyanya Nona Hollis. Yang jelas,pameran Multimedia Art Indonesia kali ini memang lebih banyak melibatkan teknologi.

Tidak ada komentar: